Artikel,
Artikel - FOB,
Edukasi,
Dalam suatu usaha bisnis, tentunya ada suatu proses yang dinamakan produksi. Produksi itu bisa dalam bentuk barang, maupun jasa. Dari proses produksi itu, tentunya dibutuhkan modal atau biaya untuk produksi atau memproses produk atau jasa tersebut. Biaya produksi adalah dana atau modal yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengolah bahan baku dalam menghasilkan suatu produk yang nantinya akan dipasarkan atau dijual.
Biaya untuk menghasilkan suatu barang yang dijual itu nantinya akan dijadikan patokan untuk memberi patokan harga. Namun, biaya tersebut tak semata-mata hanya biaya bahan baku dari barang yang diproduksi, melainkan ada biaya-biaya lain yang juga harus dihitung. Hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut di dalam sebuah konsep bernama biaya produksi.
Biaya produksi pada dasarnya adalah dana atau modal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan selama untuk mengolah bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang akan dipasarkan atau dijual. Oleh sebab itu, biaya produksi ini sudah pasti dikeluarkan dalam kegiatan produksi suatu perusahaan.
Biaya yang dikeluarkan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan patokan untuk menentukan harga jual. Prosesnya adalah dengan mengakumulasikan seluruh biaya produksi, kemudian digabungkan dengan biaya yang lainnya hingga kemudian ditentukan harganya.
Selain itu, biaya produksi digunakan untuk menganalisis dan evaluasi keuntungan dan kerugian dari penjualan produk.
Dalam proses produksi di suatu perusahaan, terutama di bidang manufaktur atau pabrik, terdapat tiga unsur biaya produksi yang perlu ditetapkan untuk menjalankan proses produksi itu sendiri. Yaitu:
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan atau material yang digunakan untuk memproduksi barang. Terdapat beberapa komponen yang termasuk ke dalam bahan baku.
Salah satunya adalah bahan mentah atau raw material. Pembelian bahan mentah ini dapat dilakukan dengan cara debit, kredit, maupun impor. Pembelian bahan mentah itu juga termasuk dengan biaya-biaya lain, seperti biaya pengiriman dan biaya pergudangan.
Nantinya, biaya bahan baku ini akan dicatat sesuai dengan faktur pemberian yang berisi harga pokok, pajak, serta pengiriman.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dianggarkan dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar jasa para karyawan yang berperan dalam memproduksi barang. Disebut tenaga kerja langsung karena mereka adalah karyawan yang bertugas langsung dalam proses produksi.
Proses penentuan gaji karyawan ini dilakukan dengan memperhitungkan proses produksi. Kemudian, perusahaan melakukan penganggaran biaya tenaga kerja dengan mempertimbangkan perencanaan kebutuhan karyawan lebih dulu.
Biaya tenaga kerja karyawan juga tidak semata-mata gaji pokok saja, melainkan tunjangan-tunjangan beserta dengan asuransi yang bisa menjamin karyawan.
Umumnya, nominal gaji ini disesuaikan dengan perannya masing-masing dalam proses produksi. Semakin tinggi tanggung jawab yang diberikan, maka kemungkinan juga akan makin tinggi pula gaji yang dibayarkan.
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan di luar biaya bahan baku dan juga pembayaran gaji tenaga kerja. Biaya overhead ini adalah biaya-biaya seperti pemeliharaan pabrik, mesin-mesin penunjang produksi, sampai biaya sewa tempat.
Biaya-biaya tersebut tentunya bersifat tidak tetap tiap bulannya, atau dengan kata lain biaya itu selalu berubah-ubah, dan sangat memungkinkan untuk mengalami pembengkakan.
Biaya overhead pabrik akan dihitung pada saat seluruh perhitungan selesai dilakukan.
Baca juga: Perbedaan FIFO, LIFO, FEFO dan Average Dalam Pengelolaan Stok
Biaya produksi terdiri menjadi beberapa jenis, nantinya biaya ini akan diakumulasikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual produk. Berikut ini adalah jenis-jenisnya:
Biaya tetap merupakan biaya yang memang tiap bulannya harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan jumlah yang cenderung tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, biaya tetap ini bersifat pasti sehingga akan selalu ada ruang untuk anggaran.
Biaya tetap ini pada dasarnya tidak akan mengalami peningkatan meskipun proses produksi juga ditingkatkan.
Contoh dari biaya tetap ini adalah biaya-biaya seperti biaya sewa gedung serta gaji karyawan,
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang besarnya bergantung pada jumlah produksi barang yang diinginkan. Dengan kata lain, ketika jumlah produksi makin tinggi, maka biaya variabel juga akan bertambah. Biaya variabel ini menjadi salah satu biaya yang paling dijadikan pertimbangan untuk memberikan harga produk dalam hitungan per unit.
Salah satu contoh dari biaya variabel ini adalah biaya pembelian bahan baku produk. Biaya pembelian bahan baku tentunya disesuaikan dengan jumlah produksi barang yang ingin dihasilkan nantinya.
Sederhananya adalah ketika kita ingin memproduksi roti dengan jumlah yang banyak, maka pembelian tepungnya juga harus banyak. Sehingga biaya yang dikeluarkan juga banyak.
Biaya variabel ini akan selalu mengalami perubahan, bergantung pada dinamika harga bahan baku. Oleh sebab itu, suatu perusahaan harus selalu bisa mengantisipasi perubahan-perubahan bahan baku agar tidak membuat rugi.
Ketika proses produksi berhenti, biaya variabel ini berarti juga tidak akan dikeluarkan.
Biaya rata-rata adalah biaya yang barang per unit yang berasal dari total biaya produksi kemudian dibagikan dengan jumlah barang yang dihasilkan dari proses produksi. Biaya rata-rata ini dibutuhkan untuk menentukan persentase keuntungan yang ingin didapatkan.
Nantinya, biaya rata-rata ini akan dibandingkan dengan biaya tetap sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Setelah diketahui berapa perbandingan antara biaya tetap dan biaya rata-rata, perusahaan akan bisa menentukan keuntungan yang ideal.
Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan proses produksi. Biaya marginal ini didapatkan dengan cara menambahkan biaya variabel ketika proses produksi.
Biaya marginal baru bisa ditentukan setelah biaya tetap dan biaya variabel sudah diketahui oleh perusahaan. Penghitungannya dengan cara peningkatan biaya dibagi dengan perubahan jumlah target produksi.
Biaya marginal pada dasarnya berfungsi untuk memaksimalkan kegiatan operasional perusahaan. Dengan biaya marginal ini, perusahaan akan lebih efektif dan efisien memproduksi barang dan menghasilkan keuntungan maksimal.
Biaya total ini adalah total dari biaya tetap dan juga biaya variabel. Biaya total ini merupakan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya total baru bisa diketahui ketika proses produksi sudah menghasilkan barang siap jual.
Sesuai dengan namanya, biaya total ini adalah total dari seluruh pengeluaran baik dari bahan baku, biaya operasional, sampai biaya untuk memasarkan.
Contoh sederhana dari biaya produksi itu seperti:
Harga | Jumlah | Total | |
Biaya Bahan Baku | Rp15.000.000 | Rp15.000.000 | |
Biaya Gaji Karyawan Pabrik | Rp2.000.000 | 5 | Rp10.000.000 |
Biaya Petugas Keamanan | Rp1.000.000 | 2 | Rp2.000.000 |
Biaya Sewa Tempat | Rp3.000.000 | Rp3.000.000 | |
Total | Rp30.000.000 |
Jadi, total pengeluaran yang dikeluarkan oleh PT Primafood untuk memproduksi minuman ringan sebanyak 5.000 botol adalah Rp30.000.000 tiap bulannya. Dari jumlah tersebut, maka biaya produksinya berarti:
30.000.000 / 5.000 = 6.000
Jadi total biaya produksi dari PT Primafood adalah Rp6.000 per botol.
Dari total biaya tersebut, kemudian PT Primafood ingin mengambil keuntungan sebesar 40 persen dari biaya produksi. Jadi perhitungannya adalah:
6.000 + (40% x 6.000) = 8.400
Soal selanjutnya:
Berikut ini adalah laporan produksi dari PT Cahaya:
Harga | Jumlah | Total | |
Harga Pembelian Bahan Baku | Rp40.000/meter | 2.000 | Rp80.000.000 |
Biaya Pengiriman Bahan Baku | Rp500.000 | 1 | Rp.500.000 |
Biaya Pemeliharaan Mesin | Rp2.000.000 | 1 | Rp2.000.000 |
Biaya Gaji Karyawan | Rp2.500.000 | 5 | Rp12.500.000 |
Biaya Keamanan Pabrik | Rp1.000.000 | 2 | Rp2.000.000 |
Biaya Sewa Tempat | Rp.3.000.000 | 1 | Rp3.000.000 |
Biaya Promosi (Iklan Media Sosial) | Rp1.000.000 | 5 | Rp5.000.000 |
Total | Rp85.000.000 |
Maka total biaya produksi pakaian dari PT Cahaya adalah Rp85.000.000
Dari total tersebut maka biaya produksi per pakaiannya adalah:
85.000.000/2.000 = 42.500
Jadi biaya produksi per pakaian adalah Rp42.500
Kemudian, PT Cahaya ingin mengambil keuntungan sebesar 100 persen per pakaian, maka harga jual dari pakaian itu adalah:
42.500 + (100% x 42.500) = 85.000
Maka harga jual kaos dari PT Cahaya adalah Rp85.000
Demikian penjelasan mengenai biaya produksi beserta dengan contoh kasusnya. Pembahasan lebih lanjut mengenai biaya produksi ini dapat dipelajari langsung di Fakultas Bisnis Sampoerna University.
Fakultas Bisnis Sampoerna University akan memberikan para pengajar terbaik di bidang bisnis yang 75% di antaranya memiliki gelar doktor. Dengan diberikannya pengajar terbaik, lulusan dari Sampoerna University akan memiliki perspektif yang unik terkait bisnis dalam cakupan internasional.
Selain itu, mahasiswa juga akan diberikan keuntungan dengan banyaknya dosen tamu bidang bisnis dari Amerika Serikat yang akan secara rutin memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa.
Referensi
OCBC – Biaya Produksi Adalah