
Dalam Ilmu Ekonomi, sering ditemukan istilah ceteris paribus sebagai sebuah asumsi guna menyederhanakan berbagai formulasi dan deskripsi dari beragam anggapan ekonomi. Ceteris paribus ini kerap kita temukan dalam analisis-analisis ekonomi makro maupun mikro.
Lalu, sebenarnya apa itu ceteris paribus dan bagaimana contoh, manfaat, serta kerugian penggunaannya? Simak penjelasan lengkap tentang ceteris paribus berikut ini!
Pengertian Ceteris Paribus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa ceteris paribus adalah sebuah ungkapan dari Bahasa Latin yang berarti dalam keadaan yang sama. Secara sederhana, ceteris paribus artinya merupakan kondisi sebuah asumsi klasik saat faktor-faktor lain selain faktor yang diperhatikan dianggap tak berubah.
Artinya, asumsi guna menyederhanakan berbagai formulasi dan deskripsi dari beragam anggapan ekonomi, alias faktor-faktor lain dianggap konstan. Contoh sederhana dari hal ini misalnya: bila harga suatu barang meningkat ceteris paribus maka akan terjadi permintaan barang yang berkurang.
Pada contoh di atas, penggunaan asumsi ini untuk menyatakan hubungan operasional antara harga dan permintaan suatu barang. Ceteris paribus di sini berarti bahwa asumsi yang diambil ialah mengabaikan berbagai faktor yang diketahui dan yang tidak diketahui yang dapat mempengaruhi hubungan antara harga dan kuantitas permintaan.
Dalam hal ini, faktor-faktor lain seperti selera masyarakat, pendapatan, dan harga barang lain dianggap tetap dan tak jadi perhitungan. Lalu bagaimana contoh asumsi tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
Contoh Ceteris Paribus
Secara umum, asumsi ini digunakan untuk mempermudah analisis ekonomi. Salah satunya untuk mengisolasi variabel yang ingin diteliti. Hal tersebut berguna supaya variabel itu bisa dibandingkan dengan variabel pengontrolnya, tujuannya untuk menemukan nilai atau rumus penjelasanya.
Hal ini menyebabkan ceteris paribus bagus digunakan untuk analisis ekonomi makro maupun mikro. Contohnya adalah saat harga komoditas baik, penjual merasa itu kondisi menguntungkan dan akan melakukan produksi lebih besar dengan lebih banyak karyawan. Sedangkan ketika harga turun, maka penjual akan mengurangi produksi atau bahkan menutup usahanya karena laba yang kecil.
Contoh lain dalam ekonomi makro, bila Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter ekspansif ceteris paribus maka tingkat bunga turun, dengan bentuk kurva jumlah uang beredar (penawaran uang) vertikal.
Kebijakan moneter ekspansif merupakan kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menambah jumlah uang yang beredar. Instrumen-instrumen kebijakan moneter ekspansif antara lain membeli surat berharga, menurunkan cadangan kas, menurunkan suku bunga, kredit longgar, dan larangan menahan pinjaman.
Pada praktiknya di Indonesia, kurva penawaran uang berbentuk garis tegak lurus, karena Bank Indonesia (BI) sudah menetapkan jumlah tertentu untuk uang yang beredar.
Penggunaan dalam Analisis Permintaan
Secara umum, ada asumsi bahwa semakin murah suatu produk, maka permintaan akan semakin tinggi. Berlaku pula sebaliknya, semakin mahal produk permintaan akan semakin rendah. Hal ini tak sepenuhnya benar karena ada faktor-faktor lain yang sebenarnya memengaruhi permintaan barang, bahkan kadang ada barang yang harganya semakin tinggi permintaan semakin tinggi juga.
Dalam analisis permintaan, ada beberapa jenis barang yang digunakan seperti barang komplementer, barang substitusi, barang inferior, dan barang superior. Setiap jenis barang punya karakteristik berbeda, hal ini membuat diperlukannya sebuah asumsi untuk mempermudah, dengan faktor-faktor lain dari barang tersebut tetap konstan.
Jadi, setiap ada hukum relasi harga dan permintaan, akan digunakan asumsi ceteris paribus. Hal ini membuat sebuah kesimpulan pada analisis permintaan: Jika harga turun, permintaan akan meningkat.
Penggunaan dalam Analisis Penawaran
Bisa mendapat keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya sekecil mungkin, itu adalah tujuan dari makhluk ekonomi seperti manusia. Produsen produk juga menggunakan hal tersebut, dengan asumsi semakin mahal produk, semakin tinggi pula penawaran produk.
Padahal selain harga, ada faktor lain seperti tingkat keuntungan, kebijakan pemerintah, intensif, hingga proyeksi permintaan produk. Untuk mendapatkan asumsi yang baik dan akurat, hal-hal tersebut dianggap konstan.
Artinya, dalam hukum penawaran ada ceteris paribus dan menghasilkan kesimpulan: Jika harga naik, produsen akan meningkatkan jumlah barang, sedangkan jika harga turun, produsen akan mengurangi jumlah barang.
Lalu, apa manfaat dalam penggunaannya?
Baca juga: Disposable Income: Arti, Cara Menghitung, dan Tips Mengelola
Manfaat Ceteris Paribus
Ada beberapa keuntungan dan manfaat yang bisa didapat dengan penggunaan ceteris paribus, berikut ini beberapa di antaranya:
-
Meningkatkan Akurasi Penelitian
Asumsi tersebut menghilangkan faktor atau variabel-variabel yang tak penting, hal ini bisa meningkatkan akurasi dalam penelitian tersebut. Ini karena dalam penelitian tersebut kemudian hanya meneliti tentang variabel signifikan untuk dimasukkan ke dalam perhitungan.
Ketika menghitung semua variabel, hasilnya akan jauh tidak lebih akurat dibanding saat menggunakan asumsi ceteris paribus. Salah satunya karena variabel-variabel tersebut kadang berbeda dalam setiap kasus. Hasil penelitian ini kemudian bisa jadi dasar ilmiah untuk menentukan asumsi ataupun hipotesis lainnya.
-
Memudahkan Analisis Ekonomi yang Kompleks
Dalam analisis ekonomi, penggunaan asumsi ini bisa mengurangi kompleksitas dan kesulitan yang ada, karena hanya menghitung dan menganalisis variabel yang ingin diteliti aja. Artinya, jumlah total variabel menjadi berkurang untuk kemudian bisa dicari hubungannya.
Analis kemudian bisa menganalisis banyak hal dalam waktu singkat, karena tak mungkin untuk menghitung dan membuat model dengan semua variabel dalam sistem ekonomi. Asumsi ceteris paribus sangat berguna untuk menambah efektivitas dan efisiensi dalam analisis ekonomi.
-
Isolasi Variabel yang Ingin Diteliti
Asumsi ini bisa digunakan untuk mengisolasi variabel-variabel yang ingin diteliti, karena variabel lain dianggap konstan. Artinya, kemudian bisa dilakukan penelitian untuk variabel yang diisolasi tersebut tanpa perlu khawatir dengan variabel-variabel lainnya.
Selain manfaat, apa kerugian yang bisa didapatkan dengan penggunaan asumsi ceteris paribus?
Kerugian Asumsi Ceteris Paribus
Selain memiliki manfaat, asumsi ceteris paribus juga mendatangkan kerugian jika digunakan. Hal yang paling utama, asumsi ini membuat teori ekonomi yang dihasilkan sulit untuk digunakan dalam permasalahan di dunia nyata.
Hal ini karena asumsi tersebut dikatakan tidak menggambarkan kondisi kehidupan sehari-hari, karena dalam kehidupan nyata tak ada variabel yang konstan, artinya analisisnya menjadi tidak akurat. Artinya, analisis ekonomi yang menggunakan asumsi ini harus diubah dulu sesuai kondisi nyata yang ada, yang kini menjadi tantangan para ekonom untuk membentuk solusi dari permasalahan ekonomi yang ada.
Demikian penjelasan lengkap tentang arti, contoh, manfaat, dan kerugian asumsi ceteris paribus. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini, program studi perbankan dan keuangan bisa menjadi salah satu pilihan. Program studi ini, ada di Fakultas Bisnis Sampoerna University.
Program Studi Perbankan dan Keuangan mendidik generasi profesional masa depan di sektor perbankan dan jasa keuangan. Dikembangkan bersama dengan HSBC, program kami memberikan pengalaman praktis terbaik dengan pelatihan akademik yang dibawakan dosen berpengalaman di bidang perbankan.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna University silakan mengisi data di bawah ini.
Referensi