Artikel,
Edukasi,
Generasi milenial, generasi X, Y dan Z bisa jadi merupakan istilah yang kerap didengar atau diketahui di era sekarang ini. Meski begitu masih ada istilah yang pastinya sangat familiar bagi banyak telinga orang, generasi sandwich. Biasanya jenis yang satu ini sangat dikaitkan dengan generasi yang terhimpit secara finansial.
Sandwich generation muncul pertama kali di tahun 1981 usai dikemukakan oleh pekerja sosial bernama Dorothy Miller. Banyak yang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi dimana orang dengan usia paruh baya atau middle age terjepit (sandwiched) dalam memenuhi kebutuhan anak-anak dan juga orang tua.
Meski istilah ini terbilang lucu, namun makna yang ada di dalamnya jauh dari sekadar roti sandwich yang pada umumnya berisi irisan daging, sayuran, keju dan berbagai macam saus serta masih diapit oleh roti keju di kedua sisinya. Generasi sandwich adalah suatu istilah yang menggambarkan posisi finansial seseorang yang sedang terhimpit antara generasi bawah dan atas.
Generasi atas menggambarkan orang tua atau mertua, sementara generasi bawah bisa diartikan sebagai anak atau keturunan bahkan cucu. Seseorang yang berada di antara kedua posisi ini mau tidak mau harus bisa menghidupi kedua generasi tersebut. Terlepas dari kondisi diri sendiri, ditambah masih harus memikirkan solusi keuangan untuk kedua generasi lain..
Penelitian demografis menyebut bahwa ada sekitar 47 persen orang dewasa dengan rentang usia 40-50 tahun yang terjebak dalam generasi ini. Mereka merasa terhimpit seperti roti lapis dalam memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anak mereka sendiri. Mulai dari kebutuhan harian hingga tanggung jawab kesehatan dalam waktu bersamaan.
Terdapat cukup banyak dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini, salah satunya adalah stres secara finansial. Bisa juga merasa kelelahan, depresi dan penyakit psikologis lainnya, dalam penelitiannya sebanyak 2 dari 5 pria dan 40 persen wanita yang berada dalam lingkup generasi sandwich maksudnya akan merasakan stres berat.
Beban finansial yang akan ditanggung seorang tersebut cenderung memberi dampak negatif atau efek generasi sandwich terutama pada sisi emosional. Selain itu data statistik memperlihatkan beban finansial terkait tanggung jawab yang harus ditunaikan generasi ini selalu dan akan terus meningkat. Karena itulah kondisi emosional masyarakat yang termasuk generasi ini sangat penting diperhatikan.
Baca juga: Apa Itu Internship? Ini Pengertian, Manfaat, Serta Tujuannya
Dalam jurnal yang dikeluarkan Schlesinger dan Raphael di tahun 1993 menjelaskan bahwa penelitian mengenai generasi sandwich yang berawal di tahun 1981 di California memiliki batasan subjek dengan kategori usianya. Yakni perempuan yang berada di middle age berada di kisaran usia 45-65 tahun.
Kemudian studi lain menyebutkan bahwa adanya kategori tanpa membatasi usia individu untuk melakukan klasifikasi ke dalam generasi sandwich. Penelitian ini juga menetapkan batasan khusus, yakni kategori tanpa membatasi usia di atas 18 tahun dan memiliki tanggung jawab menjaga atau merawat orang tua serta mertuanya.
Setelah memahami apa itu generasi sandwich, langkah selanjutnya yang perlu diketahui adalah mengenali ciri dari generasi sandwich. Terdapat beberapa tanda yang mengarahkan seseorang masuk ke dalam generasi sandwich, meskipun jika dilihat dari definisinya sudah bisa dipahami kelompok mana yang masuk.
Menurut seorang ahli Aging dan Elder Care dari Amerika Serikat bernama Carol Abaya, terdapat tiga peran yang setidaknya melekat pada generasi ini. Berikut tiga peran yang harus diembang pada kelompok generasi sandwich.
Kelompok ini adalah orang dewasa yang berusia sekitar 40-50 tahunan dan berada di antara orang tua mereka yang telah lanjut usia dan anak-anak mereka membutuhkan dukungan keuangan dan sebagainya.
Generasi ini ditujukan pada mereka yang berusia sekitar 50 sampai 60 tahun yang terjepit antara orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Ditambah dengan anak-anak yang mulai dewasa dan kehadiran cucu, istilah ini juga masuk dalam usia sekitar 30-40 tahunan dan berada di antara anak yang lebih muda, orang tua lanjut usia dan kakek nenek.
Generasi kelompok ini merujuk kepada siapa saja yang secara profesional terlibat ke dalam perawatan lanjut usia. Dan termasuk ke dalam salah satu dari ciri-ciri yang ada pada orang dalam generasi sandwich.
Apabila seseorang berada di usia pertengahan dan merasa terhimpit karena mau tak mau harus menghidupi dua generasi dari sisi finansial. Termasuk untuk kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan layanan kesehatan, maka orang itu termasuk ke dalam sandwich family. Intinya seseorang yang sedang terlibat masalah finansial dua generasi termasuk ke dalamnya.
Bukan hal mudah untuk memutus rantai generasi sandwich, diperlukan konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai antisipasi agar tak masuk ke dalam kelompok generasi ini, berikut di antaranya.
Rencana tabungan menjadi salah satu cara mengantisipasi agar seseorang tidak masuk dalam kelompok generasi sandwich. Tabungan rencana merupakan tabungan dengan setoran secara rutin dalam periode bulanan dengan memanfaatkan fasilitas auto debit dari rekening tabungan rencana serta proses penarikan yang dibatasi.
Sama dengan menabung yakni membayarkan uang yang telah ditetapkan secara rutin dan hanya bisa diambil ketika memasuki usia pensiun. Program pensiun menjadi langkah awal yang baik guna menghindari tanggung jawab yang harus dilaksanakan generasi sandwich dalam kehidupannya.
Gaya hidup menjadi salah satu faktor banyak orang susah dalam mengatur sisi finansial dalam hidupnya, meskipun hal itu tergantung pada seseorang tersebut. Mengurangi gaya hidup konsumtif menjadi satu hal yang bisa dilakukan demi kehidupan berjalan dengan aman tanpa memikirkan kesusahan finansial.
Demikian penjelasan mengenai apa itu generasi sandwich, mengapa bisa muncul dan cara untuk mengatasi agar tidak terjebak dalam kehidupan seperti sandwich. Solusi mengatur keuangan bisa didapat dalam proses belajar bersama Sampoerna University.
Sampoerna University merupakan satu-satunya universitas dengan standar kurikulum pendidikan, fakultas, fasilitas, dan operasional Amerika Serikat di Indonesia. Bekerja sama dengan University of Arizona, kami menawarkan Program Gelar Ganda.
Yang memungkinkan Anda belajar selama 4 tahun di Jakarta dengan kurikulum Amerika Serikat dan lulus dengan 2 gelar: Gelar Sarjana AS terakreditasi dari University of Arizona dan Gelar Sarjana (S1) terakreditasi dari Sampoerna University.
Referensi