
Karya sastra adalah salah satu bentuk seni yang masih terus bisa dinikmati di era yang terus berkembang ini. Meskipun diterpa oleh teknologi, karya sastra mampu beradaptasi sehingga dapat dinikmati oleh siapapun. Bahkan, karya sastra lama pun juga tidak pernah lekang dimakan zaman.
Artikel ini akan membahas lebih jelas mengenai apa sebenarnya karya sastra itu, jenis, dan sampai ke perkembangannya di Indonesia.
Pengertian Sastra
Sastra merupakan salah satu istilah yang berasal dari Bahasa Sansekerta. Kata “Sastra” berasal dari kata “Shastra” yang berarti pedoman (shas) pedoman dan sarana (tra). Secara umum, pengertian sastra adalah suatu karya yang berbentuk tulisan dengan makna yang mendalam serta mengandung estetika.
Karya sastra pada awalnya hanya berbentuk sebuah tulisan, tetapi seiring perkembangan zaman, kaya tulis didukung dengan ilustrasi khusus. Fungsi ilustrasi karya sastra yaitu untuk memberikan gambaran terhadap pembaca serta memperkuat isi dari suatu tulisan.
Pengertian Sastra Menurut Ahli
-
Plato
Menurut Plato sastra adalah suatu gambaran dari kondisi kenyataan. Maksudnya adalah suatu karya harus menjadi model kenyataan kehidupan manusia.
-
Sapardi Djoko Damono (1979)
Sastra adalah suatu karya yang medium penyampaiannya berupa bahasa dimana di dalamnya menampilkan gambaran kehidupan manusia sesuai dengan kenyataan sehari-hari.
-
Mursal Esten (1978)
Sastra adalah suatu pengungkapan dari elemen artistik dan imajinatif untuk menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat. Karya itu disampaikan dengan bahasa yang memiliki dampak positif untuk kehidupan masyarakat.
-
Taum (1997)
Sastra merupakan suatu karya yang bersifat imajinatif dengan menggunakan bahasa yang indah dan berguna untuk hal lainnya.
-
Semi (1998)
Menurut Semi, sastra merupakan bentuk pekerjaan seni kreatif yang memanfaatkan manusia dan kehidupannya untuk dijadikan objek. Pekerjaan itu disampaikan dalam bentuk bahasa.
Jenis-Jenis Sastra
Secara umum, sastra sebenarnya dibagi menjadi berbagai jenis, tergantung pada temanya. Namun, secara waktu pembuatannya, karya sastra terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Karya Sastra Lama
Karya sastra lama merupakan karya yang sudah lahir secara turun temurun. Jadi, karya ini sudah muncul sejak lama dan cenderung tidak diketahui secara pasti siapa pengarangnya. Biasanya karya sastra lama mengandung pesan-pesan tentang ajaran agama sampai ajaran mengenai moral.
Meskipun sudah dibuat sejak lama, tetapi karya sastra lama cenderung terus relevan untuk kehidupan masyarakat zaman sekarang.
Contoh karya sastra lama misalnya adalah dongeng, mitos, legenda, pantun, gurindam, dan lain sebagainya.
-
Karya Sastra Baru
Karya sastra baru cenderung berbeda jauh karakternya dengan karya sastra lama. Jadi karya sastra baru terpengaruh dengan budaya Barat.
Seiring dengan perkembangan zaman, karya sastra baru ini terus mengalami perkembangan juga, baik dari bentuknya maupun temanya.
Contoh karya sastra baru adalah novel, komik, webtoon, dan lain sebagainya.
Baca juga: Memahami Kutipan Langsung, Tidak Langsung dan Cara Penulisan
Fungsi Karya Sastra
Suatu karya sastra dibuat umumnya memiliki manfaat yang tersirat. Berdasarkan penjelasan dari Kosasih (2012), sastra memiliki fungsi yang terbagi ke dalam lima jenis, yaitu:
-
Fungsi Rekreatif
Artinya adalah sastra berfungsi sebagai hiburan yang bisa memberikan rasa senang dan menghibur pembacanya. Dengan adanya karya sastra ini diharapkan bisa membuat seseorang merasa bahagia.
-
Fungsi Edukatif
Fungsi edukatif berarti suatu karya sastra dapat memberikan pendidikan bagi pembacanya. Dengan karya sastra, diharapkan para pembaca dapat mendapatkan ilmu pengetahuan dan sudut pandang baru mengenai kondisi sosial yang terjadi.
-
Fungsi Estetis
Maksud fungsi estetis adalah karya sastra dapat memberikan nilai-nilai yang bersifat keindahan. Keindahan itu dapat ditunjukan melalui pemilihan kata-kata yang ada di dalam karya sastra.
-
Fungsi Moralitas
Fungsi moralitas maksudnya adalah, karya sastra selain mendidik juga harus memberikan nilai moral terhadap pembacanya. Nilai moral itu dalam berbagai bentuk, Misalnya adalah menghargai sesama, tolong menolong, kasih sayang, dan juga tindakan bermoral lainnya.
-
Nilai Religius
Nilai religius berarti karya sastra harus dapat menjadi contoh teladan bagi pembacanya yang terkait dengan ajaran agama.
Perkembangan Karya Sastra di Indonesia
Karya sastra tentunya terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Seperti yang telah dijelaskan bahwa meskipun karya sastra sudah dikarang sejak lama, tetapi masih tetap relevan dengan kehidupan sekarang. Itu mencerminkan bahwa karya sastra menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Adapun periodisasi sastra merupakan penggolongan karya sastra berdasarkan waktu munculnya.Terdapat berbagai pendapat mengenai kapan saja periode sastra mengalami perubahan. Namun, secara umum periodisasi sastra di Indonesia terbagi menjadi delapan tahapan. Berikut penjelasannya:
Angkatan Pujangga Lama
Periode angkatan pujangga lama disebut telah ada sebelum abad ke-20. Ketika itu, karya sastra mayoritas berbentuk pantun, syair, gurindam, hikayat, dan lain sebagainya. Meski sudah ada sejak angkatan lama bentuk-bentuk karya sastra itu masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ada yang digunakan sebagai upacara adat seperti pantun.
Sedangkan hikayat hingga saat ini juga masih relevan dengan cerita yang menunjukkan kepahlawanan seseorang.
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan balai pustaka lahir sebelum tahun 1920-an. Pada periode itu, mayoritas pengarang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan agar mencerdaskan bangsa dengan sebuah tulisan.
Pada masa itu, seperti diketahui Indonesia masih belum merdeka dan masih dijajah Belanda. Oleh sebab itu karya sastra di era itu ditulis oleh orang Belanda. Ketika itu pengarang Belanda memiliki kepentingan politik yang dikemas dengan ingin memajukan sastra di Indonesia.
Karya sastra di era itu umumnya bercerita mengenai budaya yang kental di masa-masa itu seperti misalnya adalah kawin paksa.
Adapun berikut adalah pengarang yang tenar pada masa Angkatan Balai Pustaka:
- Abdul Muis (Salah Asuhan)
- Marah Rusli (Siti Nurbaya)
- Nur Sutan Iskandar (Hulubalang dan Salah)
Contoh karya sastra di atas itu umumnya menyajikan dua tokoh, yaitu tokoh yang bersifat baik dan tokoh yang bersifat jahat. Tokoh baik dalam karya sastra disebut dengan protagonis, sedangkan tokoh jahat adalah antagonis.
Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)
Pada tahun 1933, periode mulai berubah ke generasi pujangga baru. Sebutan pujangga baru berasal dari sebuah majalah yang bernama Pujangga Baru.
Ciri khas generasi pujangga baru adalah karyanya terkait dengan suasana-suasana yang romantis, seperti puisi. Setelah, era yang banyak menceritakan mengenai kawin paksa, karya sastra berubah lebih ke arah kehidupan percintaan.
Contoh novel yang tenar di masa itu adalah Manusia Baru karya Sanusi Pane, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, serta Belenggu karya Armijn Pane.
Pada masa tersebut sastrawan juga terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok “Seni untuk Rakyat” dan “Seni untuk Seni”.
Angkatan Kemerdekaan (1942-1945)
Perkembangan karya sastra kembali mengalami perubahan pada tahun 1942 hingga 1945. Ketika itu karya sastra di Indonesia mulai berkembang dibanding sebelumnya.
Karya sastra di era ini cenderung bersifat realistis dengan mengangkat permasalahan sosial yang ada di masyarakat seperti ketidakadilan, korupsi, sampai budaya masyarakat Indonesia.
Sastrawan yang terkenal pada era ini yaitu Chairil Anwar, Trisno Sumardjo, Idris Mochtar Lubis, dan M. Balfas.
Angkatan 50-an
Karya sastra kembali berkembang pada tahun 1950-an setelah majalah sastra yang berjudul Kisah karya H.B Jassin muncul.
Karya sastra di era 50-an didominasi dengan cerita-cerita pendek atau cerpen dan juga puisi. Cerpen adalah salah satu karya sastra yang berbentuk fiksi. Karya-karya itu biasanya dimuat di dalam majalah Kisah.
Angkatan ‘66
Pada tahun 1966, era karya sastra mengalami perkembangan setelah terbitnya majalah bernama Horizon. Majalah Horizon ketika itu menjadi satu-satunya majalah yang berisi tentang karya sastra di Indonesia. Ketika itu, Majalah Horizon dianggap sebagai salah satu perkembangan pesat karya sastra di Indonesia.
Hingga pada akhirnya pada tahun 1970-an, ada novel yang dimuat di koran Kompas. Novel itu tulisan dari sastrawan wanita Marga T. Karya.
Sejak saat itu, karya sastra mulai diperhitungkan di dunia penerbitan seperti koran dan majalah.
Angkatan ‘80-an
Angkatan 80-an didominasi dengan karya sastra yang berkaitan dengan tema percintaan. Karya itu pun mulai disebarkan melalui media massa seperti majalah dan koran.
Ketika itu, sastrawan yang populer adalah Mira W dan Marga T. Karya. Ketika itu dua sastrawan itu kerap menulis novel bertema fiksi romantis dengan tokoh utama wanita.
Setelah itu, tahun ini juga menjadi munculnya salah satu karya sastra yang berpengaruh di Indonesia, yang berjudul Lupus, karya Hilman.
Angkatan Reformasi hingga Sekarang
Setelah era 80-an, karya sastra di Indonesia kian berkembang. Banyak bermunculan karya-karya sastra dengan berbagai tema dan bentuk. Ketika itu, karya yang banyak bermunculan bertemakan mengenai reformasi yang baru saja terjadi di Indonesia.
Angkatan reformasi itu pun terus berkembang hingga saat ini, yaitu munculnya berbagai macam bentuk karya sastra dengan tema yang berbeda-beda.
Karya sastra menjadi salah satu komponen kurikulum Pendidikan Umum di Sampoerna University. Perlu diketahui, Sampoerna University membekali mahasiswanya dengan kerangka pendidikan interdisipliner berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi standar Amerika Serikat dan dipandu oleh standar pendidikan Indonesia di dalam mata kuliah inti Pendidikan Umum.
Bidang studi Pendidikan Umum ini meliputi Ilmu Komunikasi, Humaniora, Ilmu Sosial, dan Perilaku, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Matematika.