Artikel,
Edukasi,
Quarter life crisis menjadi suatu istilah yang kerap digunakan saat ini, meskipun tak dipungkiri bahwa belum banyak masyarakat yang begitu paham dengan hal itu. Lantas apa sebenarnya maksud dari pengertian quarter life crisis? Bagaimana tanda-tandanya dan cara menghadapi kondisi tersebut?
Krisis seperempat abad ini dialami seseorang dalam periode usia 18-30 tahun. Di mana pada usia itu seseorang merasa tidak memiliki arah, khawatir, bingung dan bahasa sekarang disebutnya galau serta ketidakpastian. Tentunya berkaitan dengan kehidupan di masa mendatang, pada umumnya kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier hingga kehidupan sosial dari seseorang tersebut.
Quarter life crisis adalah istilah yang sudah banyak dibedah dalam jurnal maupun karya ilmiah yang lain. Namun istilah ini tidak sama dengan midlife crisis, yang mana perbedaannya terletak pada rentang usia. Jika quarter life crisis dialami pada umur 20 sampai 30-an, sementara midlife crisis muncul pada orang dengan di rentang usia 40 sampai 60-an.
Allison Black dalam bukunya berjudul Halfway Between Somewhere and Nothing menjelaskan bahwa quarter life crisis adalah kondisi krisis emosional yang bisa dicirikan dengan perasaan tak berdaya, terisolasi hingga ragu akan kemampuan diri sendiri dan merasa takut gagal. Secara singkat bisa disebut sebagai rasa takut dan cemas akan kehidupan di masa yang akan datang.
Masa depan memang penuh misteri, kehidupan soal karier, hubungan sosial dan pasangan hidup didapat tanpa mengetahui lebih dulu. Di usia tersebut, banyak orang menerima banyak tuntutan yang kemudian memaksa muncul dan terbentuknya pola pikir baru di tahap transisi remaja ke dewasa. Selain tuntutan dari luar, dorongan dari dalam diri sendiri membuat kondisi seseorang tidak stabil.
Kondisi ini juga bisa diartikan sebagai keadaan seseorang yang tidak stabil, akibatnya muncul tekanan dan tuntutan. Serta perasaan takut akan kehidupan di masa yang akan datang, penjelasan dari arti istilah ini sebenarnya sudah memperlihatkan secara implisit terkait adanya penyebab munculnya kondisi tersebut.
Dikenal dengan istilan FOMO (Fear of Missing Out), rasa takut disertai rasa cemas dan khawatir merupakan perasaan yang tak wajar dialami oleh seseorang, namun ketika perasaan tersebut menjadi besar karena membuat seseorang akan sulit berpikir jernih. Memiliki beragam bentuk, seperti takut karena baru memulai hubungan percintaan, takut atau khawatir tak dapat pekerjaan hingga cemas jika melakukan kesalahan.
Tidak memiliki tujuan yang jelas, hal ini saling berkaitan dengan rasa takut berlebihan karena perasaan itu akan muncul jika seseorang tak memiliki tujuan yang jelas. Bagi beberapa orang yang menetapkan tujuan hidup jangka panjang bisa saja menjadi terasa sulit, namun setidaknya ada hal-hal atau tujuan kecil, agar tidak terjebak di quarter life crisis.
Dalam hidup seseorang tentu harus mengambil keputusan, namun karena selalu dihadapkan dengan pilihan atau hal-hal kecil. Seseorang akan takut mengambil keputusan dan justru membawa ke arah quarter life crisis. Belajar mengambil keputusan dengan bijak memang tak mudah, berani ambil keputusan dan risiko tak hanya berkutat pada pengambilan keputusan.
Baca juga: Pengertian Problem Solving, Proses dan Contohnya
Terdapat banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala, termasuk di antaranya eksistensi dan tujuan hidup di dunia. Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali tidak menemukan jawabannya hingga membuat seseorang frustrasi.
Meski sudah melakukan banyak hal dan mencapai sesuatu yang diinginkan, namun belum juga merasa bahagia. Kondisi ini bisa disebabkan berbagai hal, mulai dari kehilangan tujuan hidup sesungguhnya dan terlalu ambisius tanpa dibarengi dengan usaha sepadan.
Media sosial lebih sering membuat seseorang merasa resah dan tertekan, bahkan ketika ada kabar kesuksesan salah satu teman yang seharusnya menjadi berita menyenangkan justru membuat cemas tanpa alasan dan merasa minder, merasa tertinggal dibanding teman seusianya. Menghubungkan kesuksesan orang lain sebagai tolak ukur kesuksesan diri sendiri adalah sesuatu yang harus diluruskan oleh para generasi yang mengalami fase ini.
Media sosial adalah tampilan terbaik dalam setiap kehidupan seseorang. Mereka menampilkan bagian dari diri mereka demi tercapainya tujuan dan status sosial. Hal tersebut tidak ada masalah selama diri kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita tidak pernah mengetahui apa yang telah orang lain lalui, dan begitu pula kita. Menjadi diri sendiri adalah terbaik.
Bisa dimulai dari mengetahui apa yang sebenarnya ingin dilakukan, apa kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri sendiri. Hal ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi sekaligus motivasi dalam menjalani hidup, temukan jati diri dengan sebenar-benarnya.
Tidak membandingkan diri dengan orang lain, salah satunya setelah melihat unggahan teman di media sosial yang sudah mencapai kesuksesan dan memamerkan hal-hal yang sedang dilakukannya. Tidak merasa kehidupan orang lain selalu lebih mudah ketimbang diri sendiri.
Memahami arti quarter life crisis sebagai hal yang normal karena terdapat banyak orang di luar sana yang pernah atau berada dalam fase yang serupa. Anggap sebagai sebuah fase kehidupan yang memang akan dialami oleh setiap orang.
Demikian penjelasan mengenai apa itu quarter life crisis, penyebab, tanda hingga cara menghadapinya. Setiap manusia pasti pernah mengalami fase ini dan ini sangat manusiawi. Namun hal ini bisa disiasati dengan berbagai faktor pendukung. Salah satunya adalah pendidikan yang terbaik untuk masa depan yang gemilang.
Salah satu misi Universitas Sampoerna adalah bercita-cita untuk membina calon pemimpin masa depan yang memiliki karakter moral yang kuat serta keterampilan kompetitif berskala internasional sehingga memungkinkan lulusan-lulusan kami untuk berpartisipasi aktif dalam membangun Indonesia yang lebih sejahtera, adil, dihormati, dan kompetitif secara global.
Tertarik lebih lanjut tentang Sampoerna University? Yuk klik link berikut ini untuk mengetahui seputar kemahasiswaan dan pendaftaran.