Skip to main content

Apa Itu Teori Interaksionisme Simbolik?

By Februari 12, 2022Agustus 15th, 2022Artikel, Edukasi
orang sedang membahas sesuatu

Memiliki akar yang berkaitan dengan pemikiran Max Weber yang menyebut bahwa tindakan sosial yang dilakukan individu didorong oleh hasil pemaknaan sosial terhadap lingkungan sosial. Teori interaksionisme simbolik jadi yang paling sering digunakan dalam penelitian sosiologi, beberapa penulis yang menerbitkan buku mengenai teori ini seperti George Herbert Mead dan Herbert Blumer.

Paling penting untuk diingat adalah teori ini pada dasarnya memfokuskan diri pada analisis perilaku individu dengan individu lain dalam kelompok kecil. Teori ini tidak ditujukan untuk menganalisis masyarakat dalam jumlah besar, misalnya masyarakat adat dan masyarakat umum. Namun lebih ke mencermati perilaku komunitas kecil yang punya keunikan tertentu dalam interaksi sosial.

Pengertian Teori Interaksionisme

Merupakan cabang dari sosiologi yang secara khusus membahas mengenai cara seorang individu berperilaku dan membuat keputusan berdasarkan lingkungan yang ditempati individu tersebut. Pembahasan teori ini mengacu pada apa yang menjadi dasar seseorang melakukan perbuatan yang diinginkan di suatu lingkungan.

Dikarenakan apa yang dilakukan seseorang tak semata-mata adalah respons dari stimuli yang sebelumnya didapat oleh orang tersebut. Tetapi juga disebabkan karena konteks lingkungan, seperti identita lawan bicara dan hal yang terjadi di sekitar orang tersebut, atau tempat di mana orang itu berada.

Misalnya seperti saat berkendara menggunakan sepeda motor di jalan dan kemudian disalip oleh mobil besar yang melaju dengan kecepatan tinggi, maka interpretasi seseorang yang mengendarai sepeda motor terhadap pengemudi mobil akan negatif. Lain halnya jika mobil tersebut adalah pemadam kebakaran atau ambulans yang sedang dalam keadaan menyelamatkan orang.

Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik

Interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi, sementara simbolik merupakan garapan komunikologo atau ilmu komunikasi. Seperti yang sedikit dijelaskan di atas bahwa teori interaksionisme merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam penelitian sosiologi, makna sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi terhadap simbol-simbol di lingkungan sekitar.

Dasar dari teori interaksionisme simbolik adalah teori behaviorisme sosial, yakni memusatkan diri sendiri pada interaksi alami yang terjadi antara individu dalam masyarakat dan sebaliknya, masyarakat dan individu. Interaksi yang muncul berkembang lewat simbol-simbol yang diciptakan, meliputi gerak tubuh, suara, gerak fisik, ekspresi hingga dilakukan dengan sadar.

Pada simbol-simbol yang dihasilkan oleh masyarakat mengandung makna yang bisa dimengerti oleh orang lain, Herbert menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan sementara gerak tubuh mengacu pada tiap tindakan yang memiliki makna. Makna yang ada ditanggapi oleh orang lain dan memantulkannya lagi sehingga terjadi adanya interaksi.

Contoh interaksionisme simbolik seperti ketika melihat rambu-rambu lalu lintas larangan parkir dengan simbol lempengan berbentuk lingkaran dengan tanda huruf P yang dicoret. Tanda ini merupakan simbol dan disepakati bahwa maknanya berupa larangan parkir di seputaran tempat tanda tersebut berada.

Kesepakatan ini bersifat universal karena di berbagai negara, tanda lalu lintas yang bermakna larangan parkir diberi simbol tersebut. Simbol ini disosialisasikan, diperkenalkan sejak kecil kepada banyak orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, makna simbolik dari tanda larangan parkit ini telah dimunculkan dalam interaksi sosial.

Perspektif interaksionisme simbolik adalah berusaha memahami fenomena sosial dengan mengkaji bagaimana masyarakat memahami simbol tanda larangan parkir. Teori interaksionisme simbolik adalah teori yang berusaha memahami fenomena sosial seperti melanggar aturan parkir di jalan, tentu akan menarik karena momen tersebut akan terjadi berulang kali.

Pandangan Teori Terhadap Interaksi Simbolis

Herbert Blumer menuliskan tiga prinsip utama dari teori interaksionisme simbolik, pertama seseorang bertindak dan berperilaku berdasarkan makna yang diinterpretasikan dari perilaku atau tindakan seseorang tersebut. Kedua, makna sosial merupakan hasil konstruksi sosial dan ketiga adalah penciptaan makna dan pemahaman sosial merupakan proses interaktif yang terus berlangsung.

Teori ini melihat realitas sebagai konstruksi sosial yang dibentuk melalui proses interaksi yang terus berlangsung. Selain itu, teori ini juga sering digolongkan sebagai teori mikro sosiologi karena ranah analisisnya sampai terhadap aspek individu. Herbert Blumer juga memberi tiga asumsi yang didapat dari teori ini, di antaranya sebagai berikut:

  • Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain.
  • Makna muncul dalam interaksi antar manusia.
  • Makna dimodifikasi melalui interpretasi.

Seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, teori ini berkembang menjadi berbagai aliran dan
mazhab. Termasuk juga yang dikembangkan Herbert Blumer, mendapat kritikan generasi baru yang menilainya telah bergeser ke arah analisis mikro. Interaksionisme sudah memasuki era baru, disebut dengan post-Blumerian.

Adanya upaya secara terus-menerus untuk mensintesiskan interaksionisme simbolik dengan gagasan lain, seperti pertukaran, fungsionalisme struktural, fenomenologi dan etnometodologi, selain itu juga berupaya menyambung pemikiran dari post-strukturalisme, post-modernisme, studi kultural dan feminisme radikal.

Demikian pembahasan mengenai teori interaksionisme simbolik beserta contoh dan pandangannya. Ingin belajar tentang ilmu lainnya setara di kampus luar negeri? Yuk bergabung bersama Sampoerna University, karena kalian bisa mendapatkan gelar Universitas di US dari Jakarta! Cek infonya lebih lanjut disini ya.

banner Sampoerna Uiversity earn a US Degree entirely in Jakarta

Referensi:
Wikipedia.org – Teori Interaksi Simbolik

X