Dalam Ilmu Bisnis khususnya ketika membahas soal investasi, sering terdengar istilah payback period. Formula payback period adalah salah satu hal yang perlu dipahami sebelum masuk ke dunia bisnis, dana, dan investasi.
Lalu apa pengertiannya, bagaimana cara menghitungnya
, dan apa rumusnya
? Simak selengkapnya dalam pembahasan berikut ini!
Pengertian Payback Period
Jika ditranslasi ke dalam Bahasa Indonesia, arti payback period adalah periode pengembalian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), periode berarti kurun waktu; lingkaran waktu (masa). Sedangkan pengembalian berarti proses, cara, perbuatan mengembalikan; pemulangan; pemulihan.
Jadi, arti payback period adalah periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi atau initial cash investment. Artinya, kurun waktu yang dibutuhkan agar bisa menutup kembali pengeluaran saat investasi dengan memakai proceeds atau aliran kas netto alias net cash flows.
Secara singkat dan sederhana, payback period adalah jangka waktu yang dibutuhkan supaya dana investasi yang masuk ke dalam kegiatan investasi bisa didapatkan kembali secara utuh.
Ini berhubungan dengan investor yang biasanya tak ingin memiliki investasi yang punya periode pengembalian terlalu lama. Dengan kata lain, menghitung periode pengembalian digunakan para investor untuk menentukan sejumlah keputusan.
Hitung-hitungan ini digunakan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan investasi, apa secara finansial layak untuk investasi modal ke suatu proyek atau tidak.
Penggunaan Analisis dan Metode Payback Period
Seperti diungkapkan sebelumnya, metode payback period digunakan investor untuk menghitung langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan investasi. Analisis ini kemudian akan jadi penentu apakah investor akan jadi melakukan investasi atau tidak, berdasarkan beberapa faktor seperti lama tidaknya periode pengembalian.
Tujuannya jelas, untuk mengetahui periode investasi dan kapan akan terjadi kondisi breakeven-point alias titik impas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal tersebut adalah berapa lama investor harus membiayai proyek, dan kapan manfaat akan diperoleh oleh investor.
Selain itu, ada pula beberapa indikator yang bisa dilihat di dalam periode pengembalian. Jika periode pengembalian lebih cepat dari waktu yang ditentukan, maka berarti layak diterima untuk investasi. Jika periode pengembalian melebihi waktu yang telah ditentukan, maka berarti tidak layak untuk investasi.
Jika ada alternatif proyek investasi lebih dari satu, periode pengembalian yang diambil adalah opsi yang lebih cepat. Lalu, bagaimana cara menghitung payback period?
Baca juga: Ceteris Paribus: Arti, Contoh, Manfaat, dan Kerugian
Rumus Payback Period
Formula payback period memiliki rumus tersendiri yang memiliki konsep membagi nilai investasi dengan aliran kas bersih yang masuk per tahun. Artinya, rumus tersebut
bisa dituliskan sebagai berikut:
PP = Investasi / Proceeds
dengan,
PP = payback periods
Proceeds = aliran kas netto
dalam rumus ini juga diasumsikan besarnya kas masuk bersih berjumlah sama setiap periode alias arus kas tetap setiap tahunnya. Jika arus kas yang dimiliki perusahaan tiap tahun berbeda, maka rumus payback period berubah menjadi:
PP = n + a : b x 1 tahun
dengan,
PP = payback period
n = syarat periode pengembalian modal investasi
a = jumlah kumulatif arus kas pada tahun terakhir (n)
b = arus kas pada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)
Contoh Payback period
Berikut ini adalah beberapa contoh perhitungannya:
- Perusahaan XYZ sedang mempertimbangkan membeli alat produksi pada komponen elektronika. Jika membeli mesin produksi tersebut seharga Rp250 juta, maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh perusahaan bisa bertambah Rp70 juta per tahun. Berapa payback period time untuk mesin produksi tersebut?
Jawaban:
Investasi = Rp250 juta
Aliran kas bersih = Rp70 juta
PP = Investasi / Proceeds
PP = 250 juta / 70 juta
PP = 3,57 tahun
Jadi, dari perhitungan di atas bisa diketahui bahwa payback period untuk mesin produksi tersebut adalah 3,57 tahun alias sekitar 3 tahun 6 bulan.
- Ada sebuah usulan proyek investasi senilai Rp600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun. Syarat periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun berubah, mulai tahun pertama sebesar Rp300 juta, tahun kedua sebesar Rp250 juta, tahun ketiga Rp200juta, tahun keempat Rp150 juta, dan tahun kelima Rp100 juta. Berapa lama payback periodnya?
Jawaban:
Dalam masalah tersebut, diketahui arus kas setiap tahun tidak sama, sehingga bisa digunakan rumus
yang aliran kas tiap tahunnya berbeda.
Tahun 1: Rp300 juta
Tahun 2: Rp250 juta jadi Rp550 juta
Tahun 3: Rp200 juta jadi Rp750 juta
Tahun 4: Rp150 juta jadi Rp900 juta
Tahun 5: Rp100 juta jadi Rp1 miliar
PP = n + (a:b) x 1 tahun
PP = 2 + ((Rp 600.000.000 - Rp 550.000.000) : (Rp 750.000.000 - Rp 550.000.000)) x 1 tahun
PP = 2 + 0,25 tahun
PP = 2,25 tahun
Dari perhitungan tersebut, diketahui bahwa payback period modal selama 2,25 tahun atau bisa dibilang 2 tahun 3 bulan.
Kelebihan dan Kekurangan Payback Period
Periode pengembalian punya beberapa kelebihan dan kekurangan, berikut ini beberapa di antaranya:
Kelebihan
- Dapat digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi yang punya risiko besar dan sulit.
- Bisa digunakan untuk menilai dan memilih dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan risiko yang sama, kemudian bisa memilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya cepat.
- Cara menghitung cukup sederhana, bisa digunakan untuk memilih beberapa alternatif investasi.
- Analisis sederhana dan mudah, dapat dihitung untuk menentukan lamanya waktu pengembalian dana yang diinvestasikan kembali.
- Memberi informasi mengenai lamanya Break Even Point (BEP) sebuah proyek investasi.
- Dapat dipakai sebagai alat pertimbangan risiko, hal ini karena semakin pendek payback period, semakin pendek pula risiko kerugiannya.
Kekurangan
- Tak memperhitungkan penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh setelah periode pengembalian tercapai.
- Mengabaikan Time Value of Money sebuah investasi.
- Tak bisa memberi informasi soal tambahan value untuk perusahaan.
- Tak memperhitungkan tingkat likuiditas perusahaan secara keseluruhan.
- Digunakan untuk mengukur kecepatan kembalinya dana, artinya tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.
- Tidak membedakan antara proyek yang membutuhkan investasi kas yang berbeda.
- Tak memperhitungkan biaya untuk mendukung investasi, termasuk selama payback period.
- Mengabaikan nilai sisa dari investasi.
Demikian penjelasan lengkap mengenai arti, cara menghitung, rumus, contoh, dan kelebihan serta kekurangan payback period. Biasanya, hal ini akan diperdalam saat menjalankan bisnis agar bisnis dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, Sampoerna University menyediakan program studi kewirausahaan di Fakultas Bisnis.
Program studi ini berkolaborasi dengan Universitas Arizona. Program studi ini memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai ide-ide terbaru dalam penciptaan usaha baru, pembiayaan, pertumbuhan dan inovasi.
Siswa dalam program ini juga dapat memperoleh gelar dari University of Arizona, salah satu universitas terkemuka di dunia. Pada tahun 2017, seluruh lulusan Fakultas Bisnis telah mendapatkan pekerjaan dalam waktu 2 bulan setelah lulus.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna University silakan mengisi data di bawah ini.
Referensi
Ekrut